Senin, 10 Desember 2007

Mengenal Allah Lewat Zikir dan Pikir

Kalau kita ingin mengenal kehebatan seorang arsitek, cara terbaik adalah dengan melihat bangunan yang dirancangnya. Kalau kita ingin mengenal kehebatan seorang pelukis, maka kita bisa melihat seberapa bagus kualitas lukisannya.

Begitu pula bila ingin mengenal kebesaran Allah, maka kita bisa melihat kualitas ciptaannya. Apa ciptaan Allah tersebut? Itulah alam semesta yang tercipta dan Alquran yang tertulis. Ada dua cara untuk mengenal kebesaran Allah, yaitu melalui pikir dan zikir. Pikir lebih berkaitan dengan aspek nalar. Semakin seseorang memahami ciptaan Allah, maka akan semakin sadar pula akan kebesaran Allah.

Karenanya, Alquran berulangkali merangsang manusia untuk terus memikirkan semua itu. Beberapa ungkapan Alquran yang menujukkan hal tersebut, laa allakum tattaqun, la allakum tadzkurun. Maksudnya Allah menyuruh manusia untuk melihat, merenungkan, dan mengkaji semua ciptaan-Nya. Bahkan Prof Ahmad Salaby menyebutkan bahwa seperlima kandungan Alquran berisi petunjuk agar manusia bisa mengkaji alam ini.

Kedua, manusia tidak cukup hanya mengembangkan pikir. Manusia pun perlu zikir. Tanpa zikir manusia bisa memiliki, tapi ia tidak akan menikmati. Manusia bisa sukses, tapi ia tak akan bahagia. Maka, Alquran pun mendorong kita untuk mengembangkan kemampun zikir. Zikir bisa dilakukan dengan jalan merenungkan dan menyebut kebesaran Allah.

Bila kita mampu mengembangkan dan menyeimbangkan dua hal ini dengan baik, maka kita layak disebut ulil albab. Dalam QS. Ali Imran: 190-191 disebutkan karakteristik dari ulil albab.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi ulil albab, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka periharalah kami dari siksa neraka".

Tidak ada komentar: